WELCOME

Sebuah Perjalanan Panjang Selalu Diawali Dengan Satu Langkah Awal Yang Dilandasi Oleh Tekad Yang Kuat

PUISIKU

Melepas Tangis

Kalau ada angin yang semilir
Aku ingin terbuai di pelukannya
Karena seperti air yang mengalir
Aku ingin teruskan mimpi tanpa lelah

Kalau ada hujan yang membadai
Aku ingin ada di tengah-tengahnya
Karena bersama badai
Aku ingin menggilas amarah di jiwa

Kalau ada sejuta anak panah
Aku ingin tepat berdiri dihadapannya
Melihat dada sendiri bersimbah darah
Biar perih tak jadi meluka !

Kalau ada lava yang membara
Aku ingin tidur mengikuti alirannya
Memerah agar darah tak jadi duka
Melepas tangis agar tak jadi nestapa

Karena memang lebih baik terluka
Daripada meluka....


Membingkai Mimpi

Di langit ada mimpi yang terserak
Bertaburan seperti bintang yang memantulkan sinarnya ke bumi

Di laut mimpi itu jatuh
Berkilau seperti cahaya bulan yang menari di riak ombak

Di bukit mimpi itu menguap
Kelam seperti kabut yang merayap di ranting-ranting yang lemah

Di ranjangku mimpi itu bertengger
Tertawa seperti penyihir yang merasa puas telah membunuh kenyataan

Dan di pagi hari
Mimpi itu telah terbingkai di setiap sudut hati
Menutupi aliran nafasku yang memang telah lama mencari-cari bau udara


 Doa I
Tuhan,
Masih berapa hari lagi
Kehidupanku di sini?


Doa II

maafkan aku, Tuhan
aku telah menganiaya diriku sendiri
(jangan timpakan laknatmMu padaku
kumohon....
karena aku tak mungkin kuat memikul beban laknatmu)

maafkan aku, Tuhan
aku belum melaksanakan semua titahMu
(kumohon jangan tinggalkan aku
karena aku tak mungkin tahan
dalam kesendirian tanpa kasihMu)

maafkan aku, Tuhan
maafkanlah aku
aku hampir kehabisan ketabahan
yang Engkau anugerahkan
(kumohon,...jangan tertawakan aku)

tapi ampuni aku, Tuhan
kalau aku terlalu banyak meminta padaMu


Doa III

Tuhan,
aku lelah
aku ingin tidur lelap dipangkuanMu
dan kalau boleh aku meminta padaMu
- saat aku tertidur –
bersihkan semua keburukanku
yang mendiami batin orang-orang yang telah aku dholimi

karena saat aku terbangun nanti
aku ingin bisa tegak dan tersenyum....

Doa IV

Tuhan,
Doaku hari ini masih sama dengan yang kemarin
Dan yang kemarinnya lagi:
Jangan Engkau ciptakan kebencian di hatiku
Karena
Aku masih butuh cinta, Tuhan.......

Seikat Duka Buat EB I

“ Bunga itu telah layu,
kering, luruh, lalu entah kemana
terbawa bayu...” katamu;

Tapi aku masih ada di sini, di taman ini;

Ah, pasti bunga itu ‘kan kuncup dan mekar lagi....

Tapi aku masih ada di sini, di taman ini;
“ Malam kian larut,” katamu lagi;
“ Yah. Biarlah waktu t’rus berlalu,” kataku;

Tapi aku masih di sini
Dan tetap akan ada di sini,
Di taman ini


Seikat Duka Buat EB II

Ini adalah dulu
Ini adalah ketika semua cerita mengalun
lewati senyum yang manis
Ini adalah rindu
yang tak pernah tidur dan terlelap
Ini adalah tentangmu
Tentang satu-satunya Eidelwis milikku
yang terlanjur kutanam di hatimu
(dan yang tak pernah mampu kupetik mekarnya
sampai malam makin larut)

Seikat Duka Buat EB III

Dan lara itu masih ada,
Di sini,
Tersimpan rapat di hati....
Lalu malam tak lagi berbatas dengan pagi
Lalu siang kehilangan hiruknya
.....atau senja yang enggan pergi?

Dan lara itu masih ada
Bersimpuh lelah
Menanti jiwa!!

Seikat Duka Buat EB IV


Hari ini:
T’lah kau tancapkan prasasti duka cita
Di tanah kehidupanku

Hari ini:
T’lah kau hancur lantakkan tonggak ketabahan
Di relung-relung hatiku

Lalu apa lagi yang kau maui?
Bergegaslah!!!!
Selagi cintaku masih untukmu!!!

Tidak ada komentar: